DEFINISI AKAL YANG SAHIH BAG 5

Maka dari itu, kepada manusia sekarang yang ada di hdapan kita dan dapat diindera, kita lakukan aktivitas akal untuk menelitinya, pada aspek yang berkaitan dengan naluri dan aspek yang berkaitan dengan penilaian atas segala sesuatu, apakah sesuatu itu. Kita bisa melihat adanya kemampuan mengingat kembali penginderaan, kemampuan mengaitkan informasi, serta perbedaan diantara keduanya. Kita bisa menyaksikan bahwa informasi terdahulu harus ada dalam aktivitas pengaitan pada diri manusia, dan harus ada pula dalam aktivitas akal. Ini berbeda dengan kemampuan mengingat kembali penginderaan. Kemampuan ini ada pada manusia maupun hewan. Kemampuan ini tidak bisa membentuk aktivitas akal. Dan kemampuan mengingat kembali penginderaan, bukanlah akal, pemikiran, atau proses berpikir. Anak kecil yang tidak mengetahui benda-benda dan tidak mempunyai informasi, yang bisa mengambil informasi-informasi, adalah bukti nyata tentang makna akal.

Berdasarkan paparan tersebut, akal sebenarnya tidak dijumpai kecuali pada diri manusia dan aktivitas akal hanyalah bisa dilakukan oleh manusia saja. Naluri dan kebutuhan fisik bisa dijumpai pada manusia maupun hewan, dan penginderaan yang berkaitan dengan naluri dan kebutuhan fisik bisa dilakukan oleh manusia maupun hewan. Kemampuan mengingat kembali penginderaan-penginderaan ini, juga terdapat pada manusia maupun hewan. Tetapi ini semua bukanlah akal (‘aql), kesadaran (idrak), pemikiran (fikr), maupun proses berpikir (tafkir), melainkan hanya pembedaan yang berdasarkan naluri (tamyiz gharizi). Adapaun akal, membutuhkan adanya otak yang memiliki kemampuan mengaitkan informasi-informasi. Kemampuan ini tidak dijumpai kecuali pada manusia. Atas dasar ini, aktivitas akal tidak akan terwujud, kecualii dengan adanya kemampuan mengaitkan. Kemampuan mengaitkan yang dimaksud, adalah kemampuan mengitkan informasi dengan fakta. Aktivitas akal seperti apa pun, baik yang dilakukan oleh manusia pertama maupun manusia sekarang, pasti membutuhkan informasi terdahulu tentang fakta. Informasi terdahulu mesti ada pada manusia sebelum adanya fakta yang akan dipikirkannya.

Dari sini dapat dijelaskan, bahwa pada diri manusia pertama harus ada informasi terdahulu tentang fakta, sebelum fakta disodorkan kepadanya. Inilah yang ditunjukkan oleh firman Allah tentang Nabi Adam as sebagai manusia pertama.
Allah Swt berfirman:
Allah telah memberikan pengajaran (informasi) seluruh nama benda-benda kepada Adam. (TQS. al-Baqarah [2]: 31)
Kemudian, Allah Swt berfirman kepada nabi Adam as:
Adam, informasikanlah kepada mereka (para malaikat) nama-nama benda-benda itu! (TQS. al-Baqarah [2]: 33)
Informasi terdahulu adalah syarat mendasar dan pokok dalam aktivitas akal, yakni syarat mendasar untuk memahami makna akal.

Dengan demikian, para pemikir komunis telah menempuh suatu upaya untuk mengetahui makna akal. Mereka kemudian memahami bahwa untuk melakukan aktivitas akal mesti ada fakta. Mereka juga memahami bahwa agar terwujud aktivitas akal harus ada otak manusia. Jadi, mereka sebenarnya telah menempuh jalan yang lurus. Akan tetapi mereka terjerumus dalam kesalahan ketika mengungkapkan hubungan antara otak dan fakta. Mereka mengungkapkannya sebagai refleksi, bukan penginderaan. Penyimpangan mereka semakin fatal ketika mengingkari keharusan adanya informasi terdahulu demi terwujudnya aktivitas akal. Padahal, aktivitas akal, bagaimanapun juga, tidak mungkin bisa berlangsung kecuali dengan adanya informasi terdahulu. Oleh karena itu, jalan lurus yang bisa menyampaikan pada pengetahuan tentang makna akal secara menyakinkan dan pasti, adalah harus terwujudnya empat komponen akal agar aktivitas akal (‘amaliyah aqliyah), atau akal (‘aql), dan pemikiran (fikr), dapat terwujud. Harus ada fakta, otak manusia yang normal, panca indera, dan informasi terdahulu. Empat komponen akal ini, secara keseluruhan, haruslah dipastikan keberadaannya dan terwujud aktivitas akal. Dengan kata lain, akan terwujud akal, pemikiran, atau kesadaran.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka definisi akal (‘aql), pemikiran (fikr), atau kesadaran (al-idrak) adalah pemindahan penginderaan terhadap fakta melaui panca indera kedalam otak yang disertai adanya informasi-informasi terdahulu yang akan digunakan untuk menafsirkan fakta tersebut.

Inilah satu-satunya definisi yang benar. Tidak ada definisi selain definisi ini. Definisi ini mengikat seluruh manusia di setiap zaman karena ia merupakan satu-satunya definisi yang dapat mendeskripsikan fakta akal secara benar dan satu-satunya definisi yang tepat untuk fakta mengenai akal.

TAMAT

Sumber Buku: Hakekat berpikir, Oleh Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, Pustaka Thariqul Izzah, Cetakan V, Jumadil Akhir 1431 H / Juni 2010


0 Response to "DEFINISI AKAL YANG SAHIH BAG 5"

Post a Comment