NEGERI SURIAH DARI ZAMAN NABI SAMPAI ZAMAN MODERN

55. Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.
(Q.s. an-Nur [24]: 55)

“Kota Palm” merupakan julukan yang diberikan oleh bangsa Romawi kepada oasis kecil yang terletak disebuah desa kecil, bernama Tadmor. Desa itu sudah ada sekitar 2000 tahun SM. Desa itu selama ribuan tahun berikutnya tetap berada dalam kedamaian. Ketika Nabi Sulaiman menjadi penguasa, beliau mengenali potensi daerah tersebut sebagai daerah yang strategis dengan potensi ekonomi yang luar biasa. Daerah ini menghubungkan laut Mediterania dengan Mesopotamia.

Begitulah negeri Suriah, sejak jaman para Nabi, sudah dikenal sebagai daerah yang subur dan strategis. Kini negeri yang diberkati itu menjadi rebutan. Pertempuran dilapangan memang mempertontonkan perlawanan rakyat deengan rezim Bashar Assad, tetapi sesungguhnya dibalik itu ada banyak kepentingan yang bermain. Sebut saja, Amerika, Inggris, Prancis, Rusia Hingga Cina. Dengan menggunakan sejumlah penguasa boneka, baik Turki, Irak, Iran, Saudi, Qatar, Yordania, Libanon hingga Mesir.

***

Gateway to History (Pintu gerbang sejarah), begitulah julukan yang diberikan kepada Suriah. Selain itu, Suriah juga mempunya julukan sebagai Craddle of Civilization (tempt lahirnya peradaban manusia).

Jika ditelusuri kebelakang, kemajuan peradaban era modern sekarang memang bersal dari perkembangan bangsa-bangsa yang tinggal di wilayah Suriah kuno. Wilayah ini membentang dari Pegunungan Taurus, di Turki, hingga Sinai, di Mesir, dan dari laut Mediterania hingga sungai Eufrat, di Irak. Di wilayah ini, manusia mulai mengembangkan pertanian dan pengetahuan tentang metalurgi dan alfabet pertama. Di wilayah ini pula tempat berkembangnya agama, filsafat, perdagangan, sistem tata kota, bahasa, hubungan diplomasi dan budaya.

Para ahli sejarah menetapkan tahun 9000 SM sebagai awal sejarah Suriah. Pada masa itu, penduduknya mulai mengenal pertanian dan hidup menetap. Mereka kemudian mengenal perdagangan. Tahun 3000-1200 SM, dikenal sebagai era Ebla, Mari dan Zaman Perunggu. Kerajaan Mari dan Ebla berjaya antara tahun 3000-2000 SM. Di wilayah kedua kerjaan itulah, tulisan mulai dikenal oleh manusia.

Pada zaman itu, telah terjalin hubungan dagang antara penduduk yang tinggal di wilayah Mesopotamia, yang terletak diantara Sungai Eufrat dan Tigris, dengan Mediterania. Hubugngan terjadi karena irigasi menggunakan sumber air dari sungai Eufrat. Kedua kerajaan itu kemudian dikuasai orang-orang Akkadia dari Mesopotamia, lalu bangsa Amori.

Pada tahun 2000-1600 SM, bangsa Amori yang menduduki Aleppo, menguasai kerajaan Ebla. Sementara penguasa Babilonia, Hammurabi, berhasil menghancurkan Mari. Pada tahun 1600-1200 SM orangorang Hittit, dari Anatolia, dan bangsa Mesir memperebutkan wilayah Suriah. Persaingan ini kemudian dimenangkan oleh Hittit, karena mesir tengah bergolak akibat penindasan oleh Firaun. Ketika itu, Nabi Musa as memimpin bangsa Israel membebaskan diri dari penindasan Firaun, dan menyelamatkan diri ke Palestina

Pada masa itu, Kerajaan Ugarit, yang berpusat di Latakia, bangkit. Dari mereka lahir alfabet, kemudian alfabet ini dibawah oleh bangsa Mykenai ke Yunani. Periode 1200-539 SM, kekuasaan Hittit dan Ugarit di Suriah kemudian digantikan oleh bangsa-bangsa yang ada di sekitar laut Aegea. Pada saat itu, Bangsa Funisia mulaii membangun koloni di Mediterania. Sementara bangsa Aram mulai bergerak ke utara Suriah. Bahasa mereka, Aramaik, merupakan bahasa yang dipakai oleh Yesus hampir 1000 tahun kemudian. Bahasa itu hingga kini masih dipakai di desa Maaloula.

Pada tahun 800 SM, Kerajaan Assiria berkuasa hampir 2 abad, membawahi wilayah Suriah dan Libanon. Wilayah itu kemudian jatuh ketangan bangsa Babilonia pada tahun 612 SM. Setelah itu, maasuk era Persia (539-333) SM. Persia berhasil menaklukkan Babilonia, dan menguasai Timur Tengah. Namun, di akhir periode ini, Persia berhasil dikalahkan oleh Romawi.

Pada tahun 33-64 SM adalah era Alexander the Great dan Kerajaan Helenisttik. Setelah Alexander the Great mangkat, Suriah pun di bagi menjadi dua. Satu bagian dikuasai Ptolemy. Sisanya dikuasai Seleucus, kemudian menempatkan Latakia sebagai pelabuhan utama. Pada era terkahir dari periode ini, datang bangsa Arab Nabath dari selatan untuk menguasai Damaskus dan Bushra. Sementara bangsa Romawi menyerbu dari sebelah utara.

Meski wilayah selatan Suriah dikuasai oleh bangsa Nabath, namun sebagian besar wilayah Suriah di kontrol Kerajaan Romawi, dibawah kepemimpinan Pompey. Perkembangan jalan dan ppertanian di masa itu sangat pesat, sehingga menjadikan Suriah semakin makmur.

Setelah berakhirnya kekuasaan Romawi, gigliran Bizantium yang berkuasa atas Suriah (395-632 M). Kebudayaan kerajaan ini merupakan campuran antara budaya Yunani dan Kristen. Sisa-sisa peninggalan tradisi kristen sejak jjaman Romawi banyak ditemukan di wilayah utara Suriah. Diakhir periode ini, para pejuang Islam telah berhasil mengambil alih Surih dari kekuasaan Heraklius .

Iya, wilayah Suriah ini memang daerah yang subur dan posisinya sangat strategis. Karena menjadi jembatan menuju negeri-negeri lain yang berada di delapan penjuru mata angin. Maka tidak mengherankan, jika sejak dahulu hingga kini, Suriah kerap di sebut dalam pusaran konflik antara sejumlah bangsa di dunia.

Pada zaman Islam, wilayah Suriah sekarang termasuk negeri Syam, bersama Palestina, Libanon dan Yordania. Negeri Syam inni dikenal sebagai negeri Para nabi. Di wilayah ini, Allah telah mengutus manusia-manusia pilihan dari kalangan manusia, yang diberi wahyu, untuk menuntun jalan hidup umat manusia gar senantiasa menyembah-Nya, dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun.

Kota-kota Suriah seperti Damaskus, Aleppo, Homs, dan Hama, yang akhir-akhir ini sering disebut dalam konflik bersenjata antara rezim kufur Bashar Assad dengan pejuang Islam merupakan kota-kota kuno yang selalu dihuni oleh manusia. Kota-kota itu tidak pernah mati hingga kini, sampai akhir zaman. Sebagaimana diyakini, bahwa di wilayah ini pula kelak Imam Mahdi akan diturunkan.

Bahkan Nabi Saw bersabda, “Ina-Llaha takaffala bi as-Syam wa ahlihi” (Sesungguhnya Allah menjamin Syam dan penduduknya). Dalam sabdanya yang lain, baginda Saw menegaskan “Idza fasada ahlu as-Syam fala khaira fikum” (Jika penduduk Syam telah rusak, maka tidak ada lagi kebaikan di tengah-tengah kalian). Begitulah takdir Allah untuk Syam daan penduduknya. Kita pun kelak akan menjadi saksi ataskebenaran janji Allah dan Rasul-Nya ini.


Sumber Buku: Kembalinya Suriah Bumi Khilafah Yang Hilang. Al Azhar Fresh Zone  Publishing. Cetakan 1 Mei 2013/ Rajab 1434 H.

0 Response to "NEGERI SURIAH DARI ZAMAN NABI SAMPAI ZAMAN MODERN"

Post a Comment